Breaking News

Dari Jakarta – Bandung – Bertemu Sahabat Lama

Jakarta – Bandung – Selamat datang di Kota Bandung. Yeyeyeyeye. Detik-detik menjelang wisuda menjadi hari yang sangat menyenangkan bagi saya, bagaimana tidak. Sebulan saja saya bisa jalan-jalan dari ujung Jawa Timur sampai ujung pulau Jawa.

Setelah 6 hari berkeliling malang dan sekitarnya, mulai pantai sampai gunung. Sekarang giliran berkunjung ke Jakarta dan Bandung selama seminggu lebih. Setelah 4 hari di Jakarta, sekarang lanjut jalan ke Bandung. Ini kali pertama saya jalan-jalan naik kereta, bahkan kemarin di Jakarta saya memanfaatkan monorel dan go car. Intinya benar-benar melancong. Super seru abiiiiiiizzzzz…

Perjalanan Jakarta – Bandung

Dari Jakarta ke Bandung saya berangkat sendiri, sebab 3 rekan saya harus balik ke Surabaya. Berangkat dari stasiun Senen menuju stasiun Kircon alias Kiara Condong, tepatnya menggunakan kereta SERAYU pagi. Nah, saya ke Bandung bukan berarti tanpa tujuan. Disini ada teman saya yang dulu pernah duduk sebangku di sekolah SMK PGRI 4 WARU SIDOARJO.

Persahabatan kami harus pisah, sebab saat kelas 2,teman saya ini harus pindah ke Bandung. Saat pindah sekitar tahun 2009,hingga akhirnya kita bisa bertemu di tahun 2017. Wow, berasa mimpi. Oh ya, kenalin namanya Dede Purwanto. Yang namanya sahabat ya gini, berpisah 8 tahun.

Dari wajah dan penampilan pastinya ada perubahan, tapi dari kelakuan sama saja. Kita gak ada yang berubah, begitu ketemu berasa masih kelas 2 SMK. Hehehehehe

Kereta yang saya naiki sampai di stasiun Kiara Condong pukul 13.00, jadi si Dede janjian sama saya jemput di stasiun tepat jam 13.00. Tapi karena sedikit sibuk, akhirnya jam 14.00 baru di jemput. Telat jemput bukan berarti bikin saya kesel, tapi saya semakin menikmati suasana kota Bandung dengan udara dingin nya yang khas.

Ditambah lagi awewe bandung yang cantik-cantik mondar mandir didepan saya. Suasana yang bikin betah ya kayak gini ini. Hehehehe

CCiiiieeee ketemuan…

Tiba-tiba ada motor vega, dengan helm bogo berhenti didepan saya. Tak lama saya dengar teriakan, “Suburrr”, sreeeeettt, saya menoleh. Akhirnya, setelah sekian lama kita ketemu juga. Tapi ada yang beda, logat jawanya udah ganti dengan logat sunda. Hehehehe, ya wajar lah ya. Namanya aja tinggal di Bandung. Akhirnya kita langsung bergegas menuju rumahnya.

Sesampainya dirumah, saya langsung istirahat. Sedangkan si Dede sedang nulis laporan. Maaf ya bos, kedatangan saya menyita sedikit waktumu. Hehehehe. Seperti tak kenal capek, malamnya saya langsung diajak sama si Dede jalan-jalan ke Alun-alun Bandung.

Saya sih iya-iya aja, kalau urusan jalan-jalan saya gak pernah bisa nolak. Apalagi ketempat yang belum pernah saya kunjungi. Ternyata saya tidak keluar sendiri, ada temannya si Dede yang ikut, namannya di Deni. Lumayan lah, semakin rame semakin seru. Dan yang pasti ada yang jadi tukang foto. Hehehehe

Jakarta - Bandung

Alun-alun Bandung…

Setelah sampai di Alun-alun, saya dibikin kagum dengan konsep penataan alun-alun. Ternyata memang benar, Kang Ridwan Kamil benar-benar merubah wajah alun-alun, “kata si Dede”. Sebab dulu alun-alun sebelum dipimpin kang Ridwan belum tertata seperti sekarang. Penataannya sangat terkonsep, bayangkan saja. Alun-alun yang biasannya identik dengan PKL, disini beda.

PKL direlokasi dan diletakkan dibawah alun-alun berdampingan dengan tempat parkir. Seperti basement gitulah, jadi yang diatas steril. Bahkan baru kali ini saya mengunjungi alun-alun harus melepas alas kaki. Jadi semua pengunjung bisa duduk dan tiduran di alun-alun. Ditambah lagi, pengunjung dilarang merokok selama berada dikawasan ini. Wow, top lah menurut saya.

Jakarta - Bandung

Tepat diseberang alun-alun terdapat monumen Solidaritas Asia-Afrika. Siapa sih yang gak kenal monumen Solidaritas Asia-Afrika. Monumen ini diresmikan pertama kali oleh presiden Joko Widodo pada tanggal 24/4/2015 dan didampingi oleh PM Malaysia dan sejumlah pemimpin Asia-Afrika. Sampai saat ini, monumen ini bisa dibilang menjadi icon kota Bandung. Jadi wajar, banyak pengunjung yang menyempatkan berfoto disini. Termasuk saya, hehehehe.

Jakarta - Bandung

Baca juga :

Menikmati Tahu Gejrot

Sebelum kembali pulang kerumah, saya diajak mampir oleh si Dede untuk makan makanan khas Cirebon yang paling banyak dicari saat di Bandung. Namanya adalah “Tahu Gejrot”, udah pernah nyoba? Ini kali pertama saya nyoba. Saya request pake cabe yang banyak, intinya yang paling pedes. Seperti namanya, hanya ada tahu goreng yang dipotong-potong dan dikasih bumbu kecap+cabe.

Seporsi hanya 10.000 saja. Ketika saya santap, beehhhh rasanya mantabs. Tapi…., rasanya sangat PEDAS, bisa dibilang ini makanan terpedas yang pernah saya makan. Bahkan saya sampai tidak bisa berbicara, telingapun sampai mendengung akibat kepedesan.

Gila nih cabai, saya emang suka pedas. Tapi baru kali ini ada makanan sepedas ini. Terimakasih-terimakasih, meskipun super pedas, tapi saya sangat suka. Gak kapok juga sih, soalnya saya habis 2 porsi hehehehe.

Setelah pedasnya hilang, akhirnya kita kembali pulang ke rumah si Dede. Malam yang penuh kesan. Terimakasih-tedimakasih atas jamuan dan jalan-jalannya. Semoga menjadi malam yang tak kan terlupakan.

4 comments

  1. Menjelang wisuda ya, ok selamat ya
    Bandung oho beberapakali kunjung ke Bandung memang tak bosan, penduduknya ramah kulinernya sedap dan beragam, kalau ke Bandung biasanya banyak yg request oleh-oleh hihi

  2. Hehehe, iya mbak maya. Terimakasih yaaa..
    Ini juga lagi bawa oleh-oleh segebok:D

  3. kota Bandung memang kota impian anak muda, saya juga anak Bandung nih…
    selamit, selamut, selamot, selamat atas jelang wisudaannya yah

  4. Hehehe, makasih mang. Sukses selalu untuk mang lembu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.